Tindak Kekerasan di Polman: Perspektif Psikologis dari Konflik dan Emosi
Views: 1
Polewali, suarainsani.com – Di Lingkungan Lampa, Kelurahan Mapilli, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polman, terjadi sebuah insiden penganiayaan yang memprihatinkan menggunakan senjata tajam jenis parang. Peristiwa ini diawali oleh cekcok yang diduga disebabkan oleh kesalahpahaman, menurut keterangan Kapolsek Wonomulyo, Akp Sandy Indrajatiwiguna yang dikutip dari media sulbartoday.com pada 30 Juli 2024.
Konflik bermula saat Appang menuduh AW (22), adiknya terduga pelaku, mencuri handphone. Ade Putra (27), berusaha meluruskan tuduhan ini dengan menemui Appang di pos. Namun, cekcok terjadi, dan korban Alimuddin (47) yang mencoba melerai justru terlibat dalam perkelahian setelah memukul terduga pelaku.
Ade Putra, yang tidak terima dengan tindakan tersebut, kembali ke rumah untuk mengambil parang. Ketika ia kembali ke lokasi kejadian, ia melihat bahwa korban juga telah mempersiapkan diri dengan senjata yang sama. Perkelahian pun tidak terhindarkan.
Ketegangan ini memperlihatkan bagaimana emosi dan persepsi dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam psikologi, konflik seperti ini sering kali dipicu oleh mekanisme pertahanan diri dan reaksi emosional yang berlebihan. Kesalahpahaman yang tidak segera diselesaikan bisa memicu reaksi agresif yang berujung pada tindak kekerasan.
Pihak Kepolisian yang segera tiba di tempat kejadian, mencatat keterangan saksi dan mengamankan barang bukti serta kedua terduga pelaku. Korban yang mengalami luka segera dibawa ke Puskesmas Mapilli untuk mendapatkan pertolongan medis.
Insiden ini mengingatkan kita akan pentingnya komunikasi efektif dan kontrol emosi dalam mencegah konflik yang bisa berujung pada kekerasan. Keterampilan dalam mengelola emosi dan menyelesaikan konflik secara konstruktif menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis. (MA/BB)